Firman ALLAH SWT

Sabda Rasulullah SAW

Kalam Tinta Dari Ku

Tuesday, May 4, 2010

Bagaimana Mencari Kebenaran ?


Sudah menjadi fitrah manusia yang hidup di atas muka bumi ALLAH ini, baik laki-laki maupun perempuan, orang besar maupun rakyat kecil, yang berkuasa ataupun rakyat jelata, yang pandai atau yang bodoh, yang kaya atau yang miskin, semuanya ingin mencari kebenaran. Kebenaran itu adalah suatu hal yang baik dan mulia, yang harus dimiliki dan diperjuangkan, agar dengan kebenaran itu manusia hidup mulia di muka bumi ini dan selamat di mana-mana, terutama selamat di Akhirat.



Kebenaran itu tidak dua, tidak tiga, tidak sepuluh. Kebenaran hanya satu. Kebenaran itu ialah kebenaran yang datang dari Allah SWT, yang disampaikan kepada para Rasul terutama kepada Rasul yang paling akhir yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Allah SWT telah memberitahu kepada kita dalam Al Qur’an:

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

“Kebenaran itu adalah datang dari ALLAH kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang menentang atau menolaknya.” (QS Al Baqarah 147)

Selain dari Allah bukan kebenaran, walaupun ada orang mengakui itu suatu kebenaran. Yang bukan datang dari Allah adalah kepalsuan, walaupun nampak indah pada pandangan mata. Kebenaran dari Allah yang dibawa oleh para Rasul itulah yang harus kita cari, yang harus kita dapatkan dan kita amalkan. Selanjutnya kebenaran itu kita perjuangkan karena kebenaran yang datang dari Allah itulah yang membuat manusia mulia di atas muka bumi ini dan mulia di akhirat nanti.

Namun kita telah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW sejak lebih 14 abad yang lalu. Itu merupakan suatu masa yang sangat panjang dan selama itu umat Islam telah menempuh bermacam-macam hal, keadaan dan peristiwa, telah menempuh tinggi dan rendah, naik dan turun, maju dan mundur. Maka bagi umat di akhir zaman ini, termasuk diri kita, kita susah untuk mencari kebenaran.

Apalagi untuk mendapatkan dan memperjuangkan kebenaran itu. Walaupun kebenaran itu memang sudah ada dalam Al Qur’an dan telah ditafsirkan oleh hadis Nabi tetapi itu hanya merupakan ilmu pengetahuan dan teori saja, bukan berbentuk perbuatan dan sikap. Yang berbentuk perbuatan itu hanya ada pada diri Rasulullah SAW. Sedangkan Rasulullah SAW sudah tidak ada lagi di zaman kita. Yang berbentuk perbuatan ada pada pribadi sahabat, tabiin dan salafussoleh zaman dahulu, sedangkan tidak seorang dari kalangan mereka yang masih ada hidup di zaman kita. Padahal mereka adalah orang-orang yang patut kita contoh.

Jadi kerana kita sudah terlalu jauh dari Rasulullah, sahabat dan salafussoleh dahulu, maka manusia di zaman ini mencari kebenaran dengan bermacam-macam cara menurut keyakinan masing-masing.

Sebelum kita menghuraikan bagaimana bentuk kebenaran yang sebenarnya, bagaimana kita akan mengamalkannya dan memperjuangkannya serta kebenaran seperti apa yang akan kita tempuh, kita akan kaji terlebih dahulu sebagian cara manusia di akhir zaman ini mencari kebenaran.

Sebagian manusia di akhir zaman ini mencari mencuba kebenaran secara jalan singkat dan mudah, tanpa berpikir panjang, tanpa menyelidiki dan mengkaji secara sungguh-sungguh sehingga kemudian mengambil cara-cara berikut:

1. Mencari kebenaran dengan mengikut keputusan yang oleh majority (orang banyak)
Ada orang mengatakan, kebenaran itu ada pada orang ramai. Jika kita mengikuti cara ini yaitu mencari kebenaran dengan mengikuti orang banyak, maka sampai mati kita tidak akan mendapat kebenaran. Sebab dengan cara yang pertama ini telah ditolak oleh Al Qur’an. Allah telah memberi tahu kepada kita di dalam beberapa ayat, di antaranya:

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

“Sedikit sekali hamba-hambaKu yang bersyukur.” (QS Saba’ 13)

Artinya manusia yang berterima kasih, yang tunduk kepada Allah SWT hanya sedikit jumlahnya.

Sedangkan yang sesat, rusak dan tidak menerima kebenaran dari Allah banyak jumlanya. Oleh kerana itu, di dalam Al Qur’an hal ditegaskan lagi dengan ayat lain:


وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ


“Jika kamu mengikuti akan kebanyakan manusia di muka bumi, nescaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS Al An’am 116)

Siapa yang mencari kebenaran di muka bumi ini dengan cara mengikuti orang kebanyakan, maka mereka akan sesat sebab orang kebanyakan itu sedikit yang menerima, mengamalkan dan memperjuangkan kebenaran. Jadi kalau kita mengikuti orang banyak untuk mencari kebenaran, maka kita akan tersesat.
Kalau kita mengkaji sejarah di dalam Al Qur’an, akan lebih meyakinkan kita bahwa mencari kebenaran dengan mengikuti orang banyak itu bukan caranya dan bukan jalannya.

a. Nabi Nuh AS, beliau berjuang dan berdakwah selama 950 tahun. Tetapi hanya 80 orang sahaja yang menerima seruannya.

b. Nabi Musa AS, beliau berjuang dan berjihad, menyampaikan ajaran Islam ke tengah kaumnya, dengan penuh kesabaran dan penuh kegigihan. Tetapi hanya 70 orang yang mau menerima kebenaran.

c. Nabi Isa AS. yang juga gigih berjuang, bersungguh-sungguh menyampaikan ajaran Islam ke tengah kaumnya dan dibantu oleh Allah dengan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran Nabi Isa as., namun hanya 12 orang saja yang menerima kebenaran. Itu pun akhirnya salah seorang menyeleweng, bersekutu dengan musuh untuk membunuh Nabi Isa. Kerana dia berkhianat, maka Allah mengubah mukanya seperti muka Nabi Isa as. Akhirnya orang menangkapnya kerana menyangka dia adalah Nabi Isa AS., kemudian dia dibunuh dengan cara disalib.

d. Ashabul Kahfi, tujuh orang pemuda yang masih berpegang kepada ajaran Nabi Isa AS mereka diburu oleh Raja Dakyanus, pemerintah Rom yang zalim dan menindas. Lantas Allah tidurkan mereka selama 309 tahun di dalam gua bersama seekor anjing Qitmir. Tapi tak terpikir oleh kita ternyata ada tujuh orang pemuda yang sanggup mempertahankan kebenaran yang tak mau menerima kesesatan itu. Kisah Ashabul Kahfi yang diceritakan Allah di dalam Al Qur’an. Mereka adalah oran-orang yang beriman dengan Allah SWT kemudian Allah tambahkan keimanan mereka itu.

e. Kalau kita melihat sejarah Rasulullah, seorang nabi Ulul Azmi, orang yang paling dikasihi oleh Allah yang diberi mukjizat lebih banyak daripada Nabi-Nabi yang lain untuk membantu perjuangan Rasulullah dan menambah keyakinan masyarakat. Selama 13 tahun Rasulullah berjuang pada era Mekkah hanya puluhan orang yang mengikutinya. Selain dari mereka adalah orang-orang yang sesat. Jadi golongan yang jumlahnya sedikit, itulah yang membawa kebenaran, sedangkan golongan yang banya adalah golongan yang sesat. Dalam perang Badar, tentera yang membawa kebenaran hanya 313 orang, sedangkan yang membawa kesesatan jumlahnya 1000 orang. Pada waktu Sayidina Khalid bin Walid berhadapan dengan Romawi dalam peperangan Yarmuk, tenteranya berjumlah 30.000 orang, sedangkan lawannya berjumlah 250.000 orang. Itu menunjukkan yang sesat jauh lebih banyak dari yang membawa kebenaran.

Hujjah yang terakhir adalah dari pengalaman kita sendiri. Manakah yang lebih banyak, orang yang pergi ke tempat solat dengan yang pergi ke tempat hiburan? Yang pergi ke tempat kuliah Islam dengan yang pergi ke tempat kuliah yang lain? Lebih banyak mana yang menutup aurat dengan yang membuka aurat atau orang yang berakhlak dengan yang tidak berakhlak

Kesimpulannya kalau ada orang mencari kebenaran dengan mengikuti orang banyak, sampai mati tidak akan bertemu dengan kebenaran. Demikianlah, Allah telah memberitahu kita dan sejarah juga telah menceritakan hal tersebut.

Namun walau apa pun hujjah, kebenaran itu hanya satu iaitu yang datangdari ALLAH SWT.
Akhirnya, bagaimanakah kita untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki? Di akhir zaman ini jangan memilih sembarang individu, jangan memilih sembarang jamaah untuk mencari kebenaran. Tempat rujukan kita adalah:

1. Rasulullah SAW

Allah telah mengingatkan kita bahwa Rasulullah adalah teladan yang baik.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada suri tauladan yang baik” (QS Al Ahzab 21)

2. Sahabat Rasulullah

Rasulullah bersabda,

“Sahabat-sahabatku laksana bintang-bintang di langit. Yang mana saja kamu ikuti nescaya kamu akan dapat petunjuk.” (Riwayat Ad Daarami)

3. Masyarakat Salafussoleh

Rasulullah bersabda,

“Sebaik-baik manusia adalah di kurunku, kemudian kurun yang mengiringinya dan kurun yang mengiringinya.” (Riwayat Muslim)

Artinya, umat Islam dalam masa 300 tahun dari zaman Rasulullah SAW, sbagian besar dari mereka adalah orang-orang soleh dan sebagian orang muqarrabin. Merekalah suri teladan bagi kita dalam menerima, mengamalkan dan memperjuangkan kebenaran, terutamanya bagi kalangan cendekiawan mereka dan alim ulama.

Kalau begitu, berikut ini akan diceritakan secara ringkas kehidupan masyarakat salafussoleh. Mereka mengamalkan dan memperjuangkan ajaran Islam yang kamil atau sempurna, meliputi seluruh kehidupan manusia, dalam segi akidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, jihad, dakwah, masyarakat, jemaah, iktisad, tarbiah islamiah, dan daulah islamiah. Mereka tidak hanya mengamalkan satu hal tapi menginggalkan aspek-aspek yang lain. Dari aqidah sampai daulah dipelajari, dipahami, diamalkan dan diperjuangkan. Aqidah mereka begitu kuat, keimanan mereka begitu kuat, sehingga terbuat dosa sebesar debu dianggap bagaikan gunung besar yang berada di atas kepala mereka. Ibadah mereka banyak, ukhuwah mereka kuat. Mereka sibuk berjuang dan berjihad. Dakwah mereka sampai ke negeri Cina padahal trasportasi di waktu itu susah. Bahkan tiga perempat dari mereka wafat di luar jazirah Arab. Sopan santun mereka tinggi, bahkan dalam berperang pun mereka berakhlak dan bersopan santun. Mereka membangun sistem pendidikan tersendiri, tidak mengambil dari Timur dan Barat. Semua dengan cara Islam, tidak meniru cara dari manapun. Ekonomi yang didirikan betul-betul dengan cara Islam, tidak mengamalkan riba. Masyarakat bersih dari kejahatan sehingga hidup aman dan damai. Mereka berhasil menegakkan jemaah dan tamadun Islam.

Jelaslah bagi kita bahwa masyarakat salafussoleh tidak mengambil ajaran Islam secara serpihan atau sepotong-sepotong. Semuanya diambil, diamalkan dan diperjuangkan. Jadi kalau kita ingin mencari kebenaran di akhir zaman ini, kita harus mengikuti dan meneladani mereka. Bila mereka menjadi teladan kita, barulah kita akan selamat di dunia dan di akhirat. Jika tidak, maka kita tidak akan mendapatkan kebenaran dan kita akan tersesat dalam kehidupan.

Oleh andainya kita inginkan kebenaran, kebenaran itu terkandung di dalam Al Quran dan As Sunnah. Bukannya terkandung di dalam sajak-sajak tulisan manusia yang fasik yang tidak bersolat Jumaat.
Bagaimana kebenaran di dalam Al Quran dan As Sunnah itu diperolehi dan diamalkan ?
Lihatlah kepada sejarah. Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW, para sahabat dan salafussoleh mengamalkan isi kandungan Al Quran. Saya bentangkan di sini beberapa contoh yang tercatat di dalam sejarah.

A. Ekonomi : Antara sahabat Rasulullah SAW yang telah dijamin syurga ialah Saidina Abd Rahman bin Auf r.a. Sewaktu peristiwa hijrah dari mekah ke Madinah, Rasulullah SAW telah mempersaudarakan Abd Rahman bin Auf yang berhijrah sehelai sepinggang bersama Saad bin

Rabi’. Saad Bin Rabi’ pernah menawarkan :

"Saudara, ketahuilah bahawa saya adalah seorang Ansar yang banyak harta, dan kiranya saudara sudi ambillah separuh dan kekayaan saya itu. Saya juga mempunyai dua orang isteri dan kiranya Saudara sudi mana satu antaranya, saya sedia mencaraikannya supaya boleh saudara mengahwininya. Mendengarkan kata-kata sahabatnya itu Abdul Rahman Bin Auf seraya menjawab, "Saudaraku, semoga Allah akan memberikan berkat terhadap keluarga dan hartabenda saudara. Janganlah disusahkan tentang din saya ini, yang penting bagi saya ialah kiranya saudara sudi menunjukkan saya jalan menuju ke pasar.”

Dalam tempoh yang singkat Abd Rahman Bin Auf telah berjaya mengumpulkan harta yang banyak. Malah Abd Rahman Bin Auf pernah menaja membiayai peperangan dengan menyediakan perlengkapan sebanyak 500 ekor kuda tempur lengkap dengan senjatanya pakaian makanan untuk dipergunakan oleh para perajurit dan juga dalam waktu yang sama membawa konvoi perbekalan yang diangkut oleh 500 unta. Namun dalam kejayaan Abd Rahman bin Auf, dia sering mengeluh. Antara keluhannya :

"Sesungguhnya Mas'ab adalah lebih baik daripadaku kerana ia meninggal dunia di zaman Rasul dan diwaktu meninggal dunia ia tidak memiliki sepotong kain yang dapat dijadikan kafan untuk membungkusnya. Sesungguhnya Hamzah Bin Muttalib adalah manusia yang lebih utama daripada saya padahal ia tidak mempunyai kain yang dapat dijadikan kafan untuk memakamkannya. Saya khuatir saya ini termasuk di antara orang-orang yang dipercepat untuk menikmati kebahgiaan dunia fana ini dan saya khuatir bahawa saya akan tersisih daripada para sahabat Nabi diAkhirat kelak disebabkan kerana saya mempunyai banyak harta.

Kalau kita bandingkan dengan orang zaman ini. Kalau mereka berniaga, tidaklah seberjaya mana. Malah untuk menandingi Abd Rahman Bin Auf pun jauh sekali. Ekonomi dan perniagaan mereka masih jauh dari berjaya, tetapi mereka sudah rasa ujub dan riyak, cerita kepada orang ramai kononnya mereka berjaya membangun ekonomi Islam sedangkan lampin pakai buang yang dia pakai pun masih dibuat oleh orang kafir. Nyatalah ini bukannya kebenaran kerana mereka tidak melalui manhaj dan jalan yang dilalui oleh Rasulullah SAW, para sahabat dan salafussoleh.

B. Perjuangan : Rasuullah SAW, para sahabat dan salafussoleh, dalam mereka berjuang, mereka mengekalkan prinsip pegangan mereka. Saidina Bilal Bin Rabah, diseret ke tengah padang pasir yang panas dan dadanya dihempap dengan batu besar yang panas agar beliau murtad. Namun yang keluar di mulut Bilal Bin Rabah :

“ALLAH ITU ESA. ALLAH ITU ESA. ALLAH ITU ESA …..”

Pejuang zaman salafussoleh mereka yakin dengan perjuangan dan pemimpin perjuangan tidak tergamak mengorbankan prinsip perjuangan dengan bertaqqiyah. Pemimpin perjuangan bukanlah “ yang mudah menyerah kalah “ dan “ pandai bertaubat olok-olok “ dengan alasan taqiyyah ( menjaga keselamatan diri di masa dharurat dengan melakukan apa-apa yg menyalahi syariat ) .


Begitu juga dengan Imam Ahmad Bin Hanbal yang syahid kerana diseksa oleh pemerintah yang berfahaman Muktazilah. Cukuplah dengan kata-kata Imam Ahmad Bin Hanbal rh yang tidak mahu bertaqiyyah dan terus-menerus menentang Muktazilah yang mengatakan bahawa Al-Quran itu adalah makhluk , beliah rh ditanya orang : “ Wahai Imam ! , mengapakah tuan tidak bertaqiyyah di dalam saat ini ,sedangkan ianya dibenarkan oleh syarak . Lihatlah sendiri tubuh tuan yang sudah teruk diseksa ? “ . Jawab Imam Ahmad Bin Hanbal rh : “ Kalau semua ulama’ bertaqiyyah demi menyelamatkan diri sendiri , maka sampai bilakan masyarakat awam akan kenal yang mana satukah sebenarnya yang betul dan yang mana satu pula yang sesat ? “ .

Itulah pegangan mulia Imam Ahlus Sunnah Wa Toifah Mansurah , tidak berganjak drp pegangannya yang sebenar hanya demi menyelamatkan diri . Inilah kehebatan seorang pemimpin besar umat Islam , walhal beliau rh tidak pernah sekali-kali mendakwa sebagai “ tentera Imam Mahdi “ , sebagai “ Pemuda Bani Tamim “ , sebagai “ orang kanan Imam Mahdi “ , “ berketurunan Baginda Rasulullah s.a.w “ , “ diberikan ilmu ladunni “ dan sebagainya .

Kalau ahli-ahli biasa ber”taqiyyah “ maka itu tidak dapat disalahkan .

Tapi kalau “ pemimpin tertinggi dan terutama “ sendiri ber”taqiyyah “ , maka ini lain pula ceritanya .

Jika ada yang mengaku sebagai “ orang kanan Imam Mahdi “ , “ anak murid Imam Mahdi “ , “ Pemuda Bani Tamim “ , boleh yaqazah direct dengan Rasulullah SAW & Imam Mahdi, dan sebagainya boleh mengaku dengan mudah-mudah bahawa segala ajarannya selama ini adalah sesat ??? .

Apakah “ Imam Mahdi “ tidak berjaya mentarbiah “ anak murid kanannya “ ini sehingga terlalu lemah berbanding Imam Ahmad Bin Hanbal rh ketika diuji dan dihadapkan berbagai tuduhan ? . Tidak begitu, pastinya Imam Mahdi berjaya mentarbiah para pengikutnya untuk memiliki prinsip perjuangan orang salafussoleh dan para sahabat Rasulullah SAW.

Layakkah seorang yang berstatus tinggi menyerah kalah begitu mudah dan bertaqiyyah seperti Golongan Syiah Rafidhah ???

Jika kita bandingkan dengan perjuangan orang yang mengaku sohibuzzaman, perjuangannya tidak pun diseret ke tengah jalan raya, tidak juga dihempap dadanya dengan batu. Di beri tempat tinggal yang selesa, makanan yang lazat dengan pelbagai kemudahan. Itu pun dia boleh mengisytiharkan amalan wiridnya salah dan sesat di kaca TV. Nyata sekali ini bukanlah perjuangan yang benar.

C. Akhlak : Dalam satu peperangan antara tentera Islam dan kafir Quraisy. Saidina Ali r.a. pernah membatalkan hasrat untuk membunuh musuhnya kerana dia takut untuk membunuh atas dasar marah bukannya atas dasar ikhlas dalam memperjuangkan Islam.

Di zaman kita pula, bila ada orang yang menegur kesalahan kita dan tidak mahu bersyubahat dengan kita melakukan dosa, kita maki mereka “JAHANAM”, kita tulis buku mengaibkan mereka. Nyatalah bahawa kita ini tidak menurut sifat para sahabat Rasulllah SAW. Nyatalah bahawa yang dibawanya bukan kebenaran sebaliknya adalah kebathilan.

D. Sumber rujukan : Para sahabat, bila mendengar ada wahyu yang turun disampaikan oleh Jibrail kepada Rasulullah SAW, mereka akan bersegera ke masjid Nabi untuk mendengar sabdan Rasulullah SAW. Kemudian mereka terus amalkan segala perintah suruh dan perintah tegah dari wahyu tersebut.

Di zaman kita ini, sudah terang dan nyata, Al Quran dan As Sunnah menggariskan halal dan haram, masih ada orang yang mengaku pejuang yang berpaling darinya dan menggunakan sajak-sajak tulisan tok guru mereka sebagai rujukan. Nyatalah ini bukan kebenaran sebaliknya adalah kebathilan dan kesesatan yang nyata.

E. Kepimpinan : Setelah kewafatan Rasulullah SAW, ahlul hilli wal aqdi telah sepakat melantik Saidina Abu Bakar r.a. sebagai khalifah. Dan Saidina Abu Bakar r.a. berkata dengan penuh tawadduk dan linangan air mata :

“Aku bukanlah yang terbaik di antara kamu, sebaliknya jawatan ku ini telah meletakkan sebelah kaki ku di dalam syurga dan sebelah lagi kaki ku di neraka”

Di zaman kita, orang berebut-rebut nak jadi pemimpin. Suruh anak buah mereka memanggilnya dengan gelaran mujaddid, sohibuzzaman dan lain-lain lagi. Demi menanam keyakinan kepada pengikut sehingga sanggup mencipta hadis palsu bagi menaikkan imej diri sendiri. Nyatalah, ini juga bukan kebenaran. Sebaliknya kesesatan yang nyata.

Dan banyak lagi kisah-kisah Rasulullah SAW, para sahabat dan salafussoleh yang boleh kit abaca dan buat perbandingan dalam diri kita, dalam jemaah kita dan dalam jemaah yang mengaku berjuang untuk agama.

Jadikanlah Rasulullah SAW, para sahabat dan salafussoleh sebagai cermin untuk memuhasabah diri kita dan jemaah kita. Andainya nampak jelas penyelwengan yang bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah, maka bersegeralah bertauabt dan kembalilah ke jalan yang benar. Masih belum terlambat untuk mengorak langkah ke jalan iman dan taqwa.

Kebenaran itu hanya dari ALLAH melalui firmannya di dalam Al Quran.

Contohilah Rasulullah SAW, para sahabat dan salafussoleh dalam mengamalkannya, agar kita temui kebenaran tersebut dan terhindar dari kesesatan.

No comments:

Post a Comment