Firman ALLAH SWT

Sabda Rasulullah SAW

Kalam Tinta Dari Ku

Monday, December 21, 2009

Part 6 : Pertempuran Merebut Cinta ; Pertempuran Kelima Bawa'ith (Pendorong Ibadah)


Munajatku padaMu Tuhan
Ampuni dosa kumasa silam
Sempurnakanlah kehidupanku
Murahkan rezeki dengan nikmat-Mu

Jadikanku hamba bertaqwa
Tiang iman untuk agama

Munajatku padaMu Tuhan
Ampuni dosa sekalian insan
Sempurnakanlah hidup kami
Murahkan rezeki dengan nikmat-Mu

Jadikan kami hamba bertaqwa
Tiang iman untuk agama

Laaillahaillallah
Jauhkan aku dari siksaan
Api neraka yang panas
Membakar manusia ingkar di dunia

Muhammadurrasulullah
Terimalah ku jadi umatmu
Ku pohon syafaat darimu
Beratkan neraca pahala kunanti

Aku aniaya...
Diri sendiri selamanya
Ku tak tertanggung...
Duka dan dosa silamku



Setelah jalan yang ditempuh begitu lurus, halangan telah dilewati, maka perjalanan ibadah diteruskan dengan disertai khauf dan raja`. Khauf ialah takut Allah tidak senang kepadanya, raja` ialah rasa optimis Allah akan senang padanya. Makanya khauf dan raja` harus seimbang.

Tahap ini adalah tahap bonus, bukan penyulit. Ramai muslim yang tatkala sampai pada tahap ini lantas terlena, tahu-tahu pada tahap enam ibadahnya rosak kerana sifat riya`.

KHAUF bererti takut akan Allah s.w.t., iaitu rasa gementar dan rasa gerun akan kekuatan dan kebesaran Allah s.w.t. serta takutkan kemurkaanNya dengan mengerjakan segala perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud : "Dan kepada Akulah ( Allah ) sahaja hendaklah kamu merasa gerun dan takut bukan kepada sesuatu yang lain".
( Surah Al-Baqarah - Ayat 40 )


Seseorang itu tidak akan merasai takut kepada Allah s.w.t. jika tidak mengenalNya. Mengenal Allah s.w.t. ialah dengan mengetahui akan sifat-sifat ketuhanan dan sifat -sifat kesempurnaan bagi zatNya. Seseorang itu juga hendaklah mengetahui segala perkara yang disuruh dan segala perkara yang ditegah oleh agama. Dengan mengenal Allah s.w.t. dan mengetahui segala perintah dan laranganNya, maka seseorang itu akan dapat merasai takut kepada Allah s.w.t. Rasa takut dan gerun kepada Allah s.w.t. akan menghindarkan seseorang itu daripada melakukan perkara yang ditegah oleh Allah s.w.t. dan seterusnya patuh dan tekun mengerjakan perkara yang disuruhnya dengan hati yang khusyuk dan ikhlas.

Sesungguhnya takut (khauf)ialah yang dapat menggerakkan kepada amal, megeruhkan semua nafsu syahwat, dan mengejutkan hati dari kencenderungan kepada dunia dan membawanya kepada berjalan dari negeri ketertipuan. Maka itulah takut yang terpuji, bukan bisikan hati yang tidak membekas pada pengekangan- nafsu syahwat - atau menggerakkan - kepada amal-, dan bukan pula pemutus asaan – dari rahmat Allah Ta’ala yang menyebabkan putus asa.


PENTINGNYA RASA KHAUF

Pertama : Agar terhindar dari kemaksiatan. Sebab nafsu yang ada pada diri kita sangat cenderung melakukan perbuatan jahat, dan selalu bermain mata dengan fitnah. Seperti tidak ada henti-hentinya nafsu ini mendorong dan menarik kita pada perbuatan demikian. Oleh kerana itu kita harus mengancam dan membuat nafsu itu menjadi takut, dengan cara menyiksa dan mendera nafsu, baik berupa ucapan tindakan maupun fikiran. Sebagaimana yang dituturkan seorang soleh, "Suatu ketika nafsuya mengajak berbuat maksiat, lalu ia keluar dan berguling- guling di atas pasir yang panas seraya berkata kepada nafsunya: "Rasakanlah! Neraka jahanam itu lebih panas dari pada apa yang anda rasakan ini. Pada malam hari engkau menjadi bangkai, sementara siang harinya menjadi pemalas."

Kedua : Agar tidak ujub atau berbangga diri/sombong pada ketaatan dan amal soleh yang mampu dilakukannya. Sebab jika sampai bersikap ujub, maka dapat menyebabkan celaka. Sekalipun kita sedang berbuat ketaatan, kita harus selalu waspada terhadap nafsu. Nafsu harus tetap dipaksa dengan dicela dan dihinakan tentang apa yang ada padanya, berupa kejahatannya, dosa-dosa dan berbagai macam bahayanya.

Bagaimana nak dapat sifat khauf ?

1. Selalu mengingati dosa2 yang pernah dilakukan.
2. Selalu mengingati azab siksa dari Allah.
3. Selalu ingat yang diri kita terlalu lemah untuk menerima siksa di akhirat.
4. Selalu ingat yang Allah Maha Berkuasa dan mampu melakukan apa saja kepada kita.

Pernah tak kita buat keempat2 perkara di atas ?


Diriwayatkan bahwa ‘Ali KarramaLlahu Wajhah berakta kepada putera beliau : Wahai anakku, takutlah kepada Allah dengan perasaan takut "apabila engkau datang kepada Allah dengan membawa kebaikan seluru penduduk bumi nescaya tidak akan diterima-Nya semua itu darimu". Dan berharaplah kepada Allah dengan melihat jika engkau datang kepada Allah dengan membawa kejahatan seluruh penduduk bumi maka Allah akan mengampunimu.

Saidina Umar RA. pernah berkata, “Jika seluruh manusia diseru untuk masuk neraka kecuali satu orang, maka aku berharap bahawa akulah satu orang itu, dan apabila diseru kepada seluruh manusia untuk memasuki surga kecuali satu orang, maka takutlah aku jika akulah seorang itu”.

RAJA' bererti bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari. Raja` merupakan ibadah yang mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak boleh ada kecuali kepada Allah 'Azza wa Jalla. Memalingkannya kepada selain Allah adalah kesyirikan, yang boleh berupa syirik besar atau pun syirik kecil tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap.

Raja' (harapan/mengharap) tidaklah menjadikan pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan.

Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [Surah Al-Baqarah: 218].

Allah juga berfirman, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada tuhannya." [Surah Al-Kahfi: 110].

Berkata Ibnul Qoyyim dalam "Madarijus-Salikin": "Orang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa raja` tidak akan sah kecuali jika disertai dengan amalan. Oleh kerana itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal".


Dengan demikian, raja` kepada Allah akan tercapai dengan beberapa hal, diantaranya:

Pertama, senantiasa menyaksikan kurniaan-Nya, kenikmatan-Nya, dan kebaikan-kebaikan-Nya terhadap hamba;

Kedua, jujur dalam mengharap apa yang ada di sisi Allah dari pahala dan kenikmatan;

Ketiga, membentengi diri dengan amal soleh dan tidak bertangguh dalam melakukan kebaikan.

Ibnul Qayyim -rahimahullah- membahagi raja` kepada tiga bagian, dua di antaranya raja`,yang benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Raja` yang menjadikan pelakunya terpuji,

Pertama: seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah, di atas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahalaNya;

Kedua: seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya.

Adapun yang menjadikan pelakunya tercela: seseorang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa disertai amalan; raja` yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.

Adapun pentingnya sifat raja' disebabkan oleh :

Pertama : Agar bersemangat dalam melakukan ketaatan. Sebab berbuat baik itu adalah kebencian syaitan dan syaitan senantiasa mencegahnya, hawa nafsu tak pernah henti-hentinya mengajak kepada selain yang baik. Seperti keadaan kebanyakan orang yang lalai, mereka mempunyai watak menuruti hawa nafsu secara terang-terangan.Sedang pahala yang dicari dengan ketaatan itu tidak kelihatan di mata dan bersifat ghaib. Lebih-lebih lagi jalan untuk memperoleh pahala itu begitu jauh. Apabila demikian keadaannya, tentu nafsu tidak bersemangat dalam mengerjakan kebaikan, tidak menyukai dan tidak pula mahu bergerak ke arah melakukan kebaikan. Dalam menghadapi hal ini, harus dihadapi dengan raja' yang kuat, mengharap rahmat Allah dan kebaikan pahala-Nya.

Guru Imam Ghazali berkata: "Kesedihan itu dapat mencegah manusia dari makan. Khauf dapat mencegah orang berbuat dosa. Sedang raja' boleh menguatkan keinginan untuk melakukan ketaatan. Ingat mati dapat menjadikan orang bersikap zuhud dan tidak menganbil kelebihan harta duniawi yang tidak perlu."

Kedua : Agar merasa ringan menanggung berbagai kesulitan dan kesusuhan. Barang siapa telah mengetahui kebaikan akan sesuatu yang menjadi tujuan, tentu menjadi ringan untuk mengeluarkan apa yang perlu diberikan. Ketika orang benar-benar menyukai sesuatu, tentu dia sanggup memikul beban beratnya dan tidak akan peduli apa yang akan dia hadapi dan berapapun mahar yang perlu dibayarnya. Jika seorang telah benar-benar mencintai orang lain, tentu ia dengan senang hati ikut menanggung penderitaan dan kesusahan orang yang dia cintai itu. Bahkan merasa senang dengan kesusahan itu.


Cuba lihat orang yang mengambil madu di sarang lebah, dia tidak mempedulikan sengatan lebah itu. kerana ingat akan manisnya madu. Begitu pula orang-orang yang tekun beribadah, mereka bersungguh-sungguh apabila ia teringat syurga yang indah dengan berbagai kenikmatannya, kecantikan bidadari-bidadarinya, kemegahan istananya, kelazatan makanan dan minumannya, keindahan pakaian dan keelokan perhiasannya dan semua apa yang disediakan Allah di dalam syurga. Mereka merasa ringan menanggung beban kepayahan dalam beribadah, walaupun tidak sempat merasakan kenikmatan dan kelazatan dunia

Untuk memiliki sifat raja' lakukanlah :

1. Ingatlah nikmat2 Allah yang telah dan sedang kita kecapi. Terlalu banyak nikmat Allah. Walau gaji kita sedikit, tak ada increment yang banyak, tapi kita masih mampu membina dan menyara hidup keluarga.
2. Mengingati janji Allah akan anugerah pahala dan manisnya syurga.
3.Mengingati kurniaan Allah yang kita terima watu tak disangka. Mungkin kita pernah ditimpa musibah dan masalah, tetapi dengan takdir Allah, kita ditemukan jalan untuk menyelesaikannya atau meringankannya tanpa kita sangka. Ingatilah ia sebagai kaedah memiliki rasa harap.
4. Mengingati betapa luasnya rahmat Allah untuk hamba NYA kerana pintu taubat sentiasa dibuka selagi nyawa belum sampai ke ghargharah

Kedua-dua sifat khauf dan raja' ini perlulah diimbangi antara satu sama lain. Tidak boleh terlalu banyak khauf kerana dikhuatiri akan menyebabkan putus asa dan putus harap atas rahmat dan bantuan Allah.

Begitu juga seseorang tidak boleh raja' saja tanpa diimbangi dengan rasa khauf kerana dikhuatiri akan rasa terlalu yakin dan memperkecilkan rahmat Allah. Ertikata lain, over-confident dengan kehidupan duniawi sehingga dosa dianggap kecil.

Yahya bun Mu’adz RA berkata, “Barang siapa yang beribadah kepada Allah Ta’ala atas dasar khauf/takut semata, maka ia akan tenggelam ke lautan fikir (putus asa). Dan barang siapa yang menyembah-Nya atas dasar raja’/harap semata maka ia akan berjalan dalam padang pasir ketertipuan (syok sendiri)”. Dan barang siapa yang mneyembah-Nya dengan khauf dan raja’ maka ia berjalan lurus pada tempat beralasannya dzikir.

Raja` menuntut adanya khauf dalam diri seorang mukmin, yang dengan itu akan memacunya untuk melakukan amalan-amalan soleh; tanpa disertai khauf, raja` hanya akan bernilai sebuah fatamorgana. Sebaliknya khauf juga menuntut adanya raja`; tanpa raja`; khauf hanyalah berupa keputusasaan tak bererti. Jadi, khauf dan roja` harus senantiasa menyatu dalam diri seorang mukmin dalam rangka menyeimbangkan hidupnya untuk tetap istiqomah melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, mengharap pahala dan takut akan siksa-Nya. Keduanya (khauf dan roja`) ibarat dua sayap burung yang dengannya ia dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna.

Khauf (takut) dan raja' (berharap) seumpama dua sayap burung, apabila keduanya sempurna, maka sempurnalah burung itu dan sempurnalah terbangnya. Dan apabila satu dari kedua (sayap) nya kurang, maka terjadilah kekurangan padanya (burung itu). Dan apabila kedua (sayap)nya tiada. jadilah burung itu di ambang kematian

Memiliki rasa takut pada azab Allah yang amat pedih (khauf), dan harapan akan janji pahala surga yang penuh kenikmatan (raja'), agar tujuan ibadah yang dimaksud dapat tercapai. Dan kita pun menjadi merasa ringan dalam menjalani ibadah. Kepada Allah kita memohon petunjuk, dengan anugerah dan rahmat-Nya.

Bagaimana ingin mengekalkan rasa khauf dan raja’ agar tidak luntur dari dalam diri ?

1. Sentiasa mengingatkan diri dengan Akhirat. Ingatkan diri tentang azab siksaan Allah. Ingatkan kenikmatan syurga Allah.
2. Sentiasa ingatkan diri bahawa Allah Maha Hebat dan Allah Maha Pengampun.
3. Sentiasa berzikir
4. Membaca kisah para Nabi, Rasul, Para Sahabat dan orang di zaman salafussoleh.

Kisah-Kisah

Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat. Dan itu banyak sekali terdapat dalam Al Qur'an dan Sunnah yang suci. Diantaranya:

1. Kisah Ashabul Kahfi (penghuni surga), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada Allah, cinta kepada tauhid dan benci kepada kemusyrikan
2. Kisah Nabi Isa AS, bertujuan unutk menjelaskan bahwa ia adalah hamba Allah dan bukan Anak Allah sebagaiman anggapan kaum nasrani.
3. Kisah Yusuf AS, diantara tujuannya adalah untuk mengingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk antara laki-laki dan perempuan sebab akan memberi akibat yang sangat hina.
4. Kisah Yunus, bertujuan agar kita selalu beristianah (meminta pertolongan) hanya kepada Allah saja, lebih-lebih ketika di timpa musibah.
5. Kisah orang-orang yang treperangkap dalam gua . Diambil hikmahnya yaitu agar kita hanya bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalehnya. Seperti membantu orang tua, menjauhi zina karena Allah.
6. Dan lain-lain lagi

Walaubagaimanapun, ketika di saat ambang kematian, hendaklah seseorang tersebut meletakkan rasa raja' 100% akan keampunan Allah. Berbaik sangka dengan Allah, agar dihujung kalimah kita nanti, Allah mengampuni diri kita dan memasukkan kita di dalam golongan kekasih Allah SWT. Insya Allah.

HIKAYAT 1

Kisah " Taubat seorang lelaki "


Suatu malam yang hening, kelihatan seorang lelaki berjalan-jalan di sekitar Madinah dalam keadaan lapar. Dia berhenti di luar sebuah rumah kerana terhidu bau makanan. Imannya belum cukup kuat untuk membuat pertimbangan yang waras dalam menyuluh tindak tanduknya. Kerana terliur dengan makanan itu, dia menyusup masuk ke dalam rumah tanpa izin tuan rumah tersebut.

Melihat makanan yang menyelerakan di satu sudut rumah, dia segera mencapainya. Tetapi tiba-tiba dia teringatkan sesuatu. Kata-kata yang didengarnya daripada Rasulullah s.a.w dalam satu majlis ilmu di Masjid Nabi siang tadi terlintas dibenaknya. Rasulullah berpesan, “Barangsiapa meninggalkan yang haram, dia akan mendapat yang halal.” Mengingatkan kata-kata itu, dia tidak jadi untuk mengambil makanan tadi.

Dia hendak segera beredar, tetapi ada godaan lain pula. Telah terlihat olehnya barang kemas. Kalau dia ambil, tentu tidak ada siapa tahu. Segera barang kemas itu digenggamnya. Namun sekali lagi niat jahatnya dimatikan. Teringat lagi dia kepada pesan Rasulullah s.a.w, “Tinggalkan yang haram, dapat yang halal.”Diletak kembali barang yang berharga itu. Haram mengambil barang milik orang lain.

Namun, sebelum dia beredar…datang lagi satu godaan yang lebih besar. Dadanya berdebar kencang apabila melihat seorang wanita cantik sedang lena tidur di kamar peraduannya. Pintu kamar itu dilangkah masuk. Wanita itu dirapatinya. Tangannya menggeletar, peluh memercik membasahi tubuh. Nafsu membisikkan kata-kata indah untuknya. Berlaku perebutan nafsu dan bisikan kata-kata Rasulullah s.a.w, ” Tinggalkan yang haram, akan dapat yang halal.”
Akhirnya dia beristighfar dan perlahan-lahan beredar. Berkat pesanan Rasulullah s.a.w yang melekat di sanubarinya, dia berjaya mematahkan keinginan nafsunya.

Kelegaan yang amat sangat terasa di hatinya apabila keluar dari rumah wanita tadi dan kemudian memijakkan kaki di Masjid Nabi.Kerana berjaya dalam peperangan sengit mengalahkan nafsu yang mengajak kepada yang haram, dia diberi ketenangan yang luar biasa oleh Allah SWT.Seketika kemudian, subuh tiba. Selepas solat subuh berjemaah, lelaki itu merebahkan diri di masjid kerana terlalu mengantuk akibat berjaga semalaman

Apabila matahari telah meninggi, seorang wanita datang bertemu dengan Rasulullah s.a.w di masjid. Dia mengadu rumahnya dimasuki orang. Dia takut diganggu lagi, lalu memohon mendapatkan seorang pengawal yang dapat menjaga harta bendanya. Setelah ditanya, rupanya si wanita itu seorang janda. Baginda memandang sekeliling kalau-kalau ada orang yang dapat menjaga wanita itu.

Melihat lelaki yang sedang lena di suatu sudut masjid, baginda menemuinya. Ditanyakan siapakah gerangannya dan adakah dia telah beristeri. “Saya seorang duda,” jawab lelaki itu yang hidupnya kurang terurus selepas kematian isterinya. Baginda bertanya apakah kedua-dua janda dan duda itu bersetuju untuk dijodohkan. Mereka berdua tersipu malu.

Kerana terharu dengan pilihan Rasulullah s.a.w dan teringat perbuatannya malam tadi, lelaki itu tidak dapat menahan diri daripada menangis lalu menceritakan apa yang sebenarnya berlaku di rumah wanita tersebut. Lalu, dia bertaubat. Akhirnya Rasulullah s.a.w berkenan menikahkan lelaki dan wanita itu dengan disaksikan oleh para Sahabat. Demikianlah, berkat meninggalkan yang haram, dia mendapat yang halal sebagai gantinya. Kini, wanita cantik itu dan segala di dalam rumah itu menjadi halal baginya.







1 comment:

  1. Untuk harga emas jongkong dan lain-lain yang hebat sila hubungi saya di goldman999.9@hotmail.com.

    Harga lagi murah daripada Habib, Poh Kong dan dealer2 lain. Bekalan antarabangsa.

    Terima kasih.

    ReplyDelete